Sabtu, 27 Agustus 2022

SENJAKU BUKAN BIRU

 


Melangkah pendek

Tertatih mengejar bayangan

Bercengkrama di bawah tenda

Dibalik langit biru di taman bunga

Ahai … ini bibit yang harus semai

Kupupuk dan kurawat bibit itu

Hingga tumbuh dan mekar berseri

Tanpa kusadari

Itu bukan taman sesungguhnya

Itu hanyalah tenda terhampar diatas kami

Penuh lukisan indah bak istana peri

Lukisan fatamorgana di balik Pelangi

Yang terhampar tuk meneymai bibit

Hingga

Kala sudah sampai waktunya bibit dipanen

Tenda terangkat dengan sendirinya

Bersama bibit bibit bunga siap panen

Ahai..

Ternyata ini tak lagi siang dengan langit biru

Terlalu sibuk di bawah tenda

Hingga tak kusadari ini telah senja

Terlalu sibuk menyemai dan mengagumi bunga

Dibalik tenda dengan taman fatamorgana

Lupa siang entah ke mana

Senja membayang di depan mata

Senja yang tak lagi biru

Tabur bibitmu di taman hati

Agar tumbuh berseri dengan cinta sejati

Agar bersemi dan mengharum tuk semua

Karena tak tertutup tenda fatamorgana

Sebagai bekal menjemput malam

Yang siap menunggu di balik senja

 

 

BUKAN KURUSETRA

Kidung peri di balik Pelangi

Mengalun indah di balik fatamorgana

Akan indahnya negeri dongeng

Dengan berjuta mimpi indahnya

Membuai dan melenakan  sang pengembara

Tuk mengumpulkan, merawat dan menyemai

Bibit bunga aneka warna

Di taman kencana yang damai dan menenangkan

Kuncup kuncup kecil siap bermekaran

Sarpakenaka tiba dan merenggut semuanya

Mengadu pada peri ini karyanya

Hingga kidung berubah syairnya

Membuat kurcaci bingung

Hendak ke mana Langkah kan di bawa

Ini bukan kurusetra

 

 

MAHA CINTA

Kala Rahwana dengan kuasanya

Kuasa penuh negeri Alengka

Dibantu saudarinya Sarpakenaka yang perkasa

Dengan cengkraman kuku berbisa ularnya

Semua harus tunduk pada titahnya

Memandang rendah kekuatan rama

Memandang hina pada Laksmana

Meremehkan Hanoman, subali dan sugriwa

Karena dia merasa raja diraja

Yang berkuasa atas segalanya

Tak menyadari

Betapa dahsyatnya kekuatan cinta

Yang menyatukan yang maha cinta

Dan memporakporandakan negeri alengka.

 

 

 

 

 

AMBRUKNYA KUASA SI DEWI ANGKARA

 

Sarpakenaka adik Rahwana

Rahwana Raja diraja Tanggguh berkuasa

Makhluk Tangguh dengan segala kelebihannya

Bersikap angkara dan merasa berkuasa

Memandang rendah makhluk lain didepannya

Menjilat bersih baginda yang kaguminya

Tebar Pesona dan pamer kuasa

Ke seluruh pelosok negeri akan kehebatannya

Memandang sebelah mata mahluk lemah dipandangannya

Lupa jika semua makhluk diciptakan istimewa

Lupa bagaimana kuasa sang Maha Pencipta

Kuku ular berbisanya tercabut oleh Hanoman yang diremehkannya

Dipermainkan oleh Subali Sugriwa yang gesit dan lincah gerakannya

Hingga tak bisa mengelak kala Panah sakti Surawijaya

Mengakhiri semua kesombongannya.

 

 

 

 

SEBUTIR DEBU

 

Siapa aku di matamu

Aku hanyalah sebutir debu

Yang dengan gampang diterbangkan oleh angin lalu

Aku hanyalah sebutir debu

Yang kau sepak karena merasa mengotori jubahmu

Aku hanyalah sebuir debu

Yang takkan mungkin mampu menandisngi kehebatanmu

Ups..

Jangan salah

Meski aku hanya sebutir debu

Tapi kubangga menjadi diriku

Berkarakter dan tetap menjaga integritasku

Meski aku hanya sebutir debu

Tapi jika menclok di matamu

Nyamankah kau lihat indahnya dunia?

 

 

 

 

 

 

 

 

 

TENGADAH

Awas langkahmu tuan

Jalan melenggang kepala ditengadahkan

Awas kakimu tuan

Ada kerikil kecil dihadapan

Namuan tak tampak di tatapan

Karena tertutup awan keakuan

Awas langkahmu tuan

Kerikil kecil memang tak berarti

Namun jika terpeleset karena menginjaknya

Kutak tahu sampai dimana batasnya rasa nyeri

 

 

 

 

HIDANGAN YANG TERSAJI

 

Hidangan itu memang menarik

Dengan hiasan dan bumbu yang pas

Dengan penyajian yang menggugah selera

Hidangan itu memang menarik

Penuh pesona dengan penataannya

Juru masak dan pramusajinya

Bahu membahu ingin menyajikan yang terbaik

Hidangan itu begitu menggoda tuan tuan dan nyonya

Tuk mencicipi nikmatnya sajian itu

 

Akan tetapi kini

Hidangan itu tak menarik lagi

Lalat hiju telah singgah dan membuang kotorannya

Di tas sajian hidangan yang tertata

Hidangan itu tak menarik lagi

Jika kotoran si lalat ikut tertelan

Aku takut jika perutkupun turut

Merasa mules dan ragaku lemes

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

UPAYA MENERBITKAN BUKU

 KELAS BELAJAR MENULIS NUSANTARA PGRI Gelombang               : 28 Pertemuan ke            : 30 Tema                         : Upaya Penerbi...